Jumat, 21 Juni 2013

( My LOL Experience) :D

    I have a LOL experience on the last month. At the time my friends and I were shopping at Kings. We were very happy because we bought everything we want. There were so many discounts of bags, clothes and others. After we had finished shopping we went out of the store and we just noticed that it was rainy. How poor we’re because we did not bring our umbrellas.
   We waited until 1 hour, but the rain still not subsided. We gave up and decided to run. We pierced the heavy of rain. Actually we felt ashamed because we had already soaked. Besides, people around the stores saw us ran away along the road side.
    We decided to go home because I felt cold and really wanted to change my clothes. When we saw a ‘Damri’ bus, we immediately ran to it and entered the travel. In a hurry, my friends and I snatched away to get some seats, but how poor I was at the time. When I tried to get a seat at the back part of the Damri, my right shoe was detached, fell down through the door of the travel and lied on the road. The travel had moved slowly to continue the trip. I almost cried because of one shoe. I called and screamed at the driver of the travel. I screamed: ‘’Excuse me Sir. Can you just stop your bus for a while?. My right shoe falls on the street! I have to take that!’’.
Everyone on the bus looked at me. I thought they felt annoyed of my screaming. In fact I screamed in English.
  With a confused face the driver just stared at me without saying anything. He didn’t stop his bus. I just noticed that maybe the driver didn’t know English. I smiled by myself. My friends just laughed at me, but they gave me thumbs. Well, I screamed again in Indonesian. After I had said to stop the bus, the driver immediately stopped his bus. How poor I was at the time. I went out of the bus without shoes in my legs. The road was so wet. People around the road just laughed at me when I took my right shoe. Anyway, I didn’t care about it. I felt more ashamed than if I didn’t use shoes when I came back home. So I came back to the bus took a seat and felt more comfortable until we arrived.



THRILLER SHORT STORY (Indonesian Version)

                                               Because of Affairs
                                              (By: Afifah Amani)




Manchester, 7 September 2001 jam 23.30 P.M
       Malam itu dingin sekali. Aku mencoba mengusir rasa kantuk yang menyerangku. Berjalan sendiri di malam hari sangat menakutkan bagiku. Namun aku harus segera menemukan apartemenku dan masuk ke kamar.
Daun- daun pepohonan berguguran di sekitar jalan menuju apartemenku. Daun- daun tersebut bergerak karena hembusan angina musim gugur. Aku benar- benar tidak menyukai suasana seperti ini.
Tiba- tiba aku melihat sebuah bayangan hitam di dekiat pintu masuk apartemnku. Bayangan tersebut menatapku dengan tajam, lalu ia berlari dan hilang di balik semak- semak. Aku tak punya kesempatan untuk bertanya padanya, karena sepertinya bayangan itu bergerak lebih cepat daripada perkiraanku.
Aku mengira itu adalah bayangan seseorang yang juga tinggal di apartemenku. Dia memakai kostum serba hitam dan aku kira dia hanya ingin keluar untuk pergi jalan- jalan.
‘’Jalan- jalan? Masa sih? Sekarang sudah hampir tengah malam. Masa dia mau pergi keluar di tengah malam seperti ini? ‘’ berbagai pertanyaan muncul di kepalaku.
                                                                                         ***
Masih dalam keadaan mengantuk, aku mencoba memfokuskan pikiranku dan segera menuju ke kamar Harry. Cahaya lampu di kamarnya masih nyala, tetapi aku tak melihat Harry sejak tadi malam. Aneh sekali… Apakah Harry juga sedang pergi?
Aku mengetuk pintu kamarnya beberapa kali, hasilnya sama aja. Tak ada jawaban. Tiba- tiba aku merasa takut. Ya, aku menyadari bahwa aku sendirian di apartemen ini. Orang- orang sudah pindah dari sini, Harry dan Emilie tidak ada di kamar mereka.
Aku mencoba menghubungi Emilie lagi. Tetap saja, handphonenya tidak aktif.
                                                                                    ***
  Manchester, 7  September , 2001 pukul 23.20 P.M  sebelum  Emilie hilang.
     Apartemen tersebut sangat sepi. Luna  sedang tidak ada di kamarnya. Harry mengetuk pintu kamar Emilie dengan lembut. Tak da jawaban. Akhirnya ia merasa marah dan mendobrak pintu kamar Emilie dengan keras. Dia sangat terkejut ketika ia melihat Emilie sedang tidur bersama lelaki lain.
'' Jadi, benarkan apa yang aku bilang? Kau benar- benar berselingkuh dan tak mau mengakuinya di hadapanku. Sekarang apa maumu? ‘’ Tanya Harry sambil menunjukkan wajah geram dan marah. Matanya berkilat- kilat.
Emilie tidak menjawab apa-apa. Dia hanya terdiam. Lelaki yang tadi tidur bersamanya segera meninggalkan ruangan itu tanpa berkata apa- apa. Lelaki itu hanya menatap Harry dengan wajah ketakutan dan berlari sejauh mungkin meninggalkan bangunan apartemen itu.
Harry tak kuasa menahan amarahnya dan segera menghampiri Emilie.
'' Aku sudah berusaha membuatmu senang, tetapi kau menyakitiku dengan tidur bersama lelaki lain dan kau juga berselingkuh dengan banyak lelaki. Kau berusaha meyakinkan teman- temanmu dengan memperlihatkan dirimu yang berpura- pura menderita dan mengatakan bahwa aku adalah iblis! DASAR PELACUR!’’ teriak Harry.
'' Hahaha ... Kau saja yang bodoh. Kenapa kau mau denganku, hey vampir aneh??!! ‘’ jawab Emilie dengan wajah dan senyum sinisnya.
   Harry semakin geram mendengar jawaban Emilie. Dia melihat sebuah belati diatas meja belajar Emilie. Dengan perasaan kacau, Harry yang masih dalam keadaan marah  dan putus asa segera mengambil belati tersebut dan menancapkan ujungnya ke bagian perut Emilie.
Darah merah segar mengalir dari perut Emilie. Emilie berteriak kesakitan dan hanya bisa menatap Harry dengan wajah  sayu dan lemah.
Harry yang melihat darah segar itu merasa gelisah.  Seharian ia merasa haus untuk berburu darah segar. Ya, Harry adalah seorang vampir. Emilie sudah lama mengetahui tentang itu. Selama ini, Harry berusaha untuk tidak menyerang manusia, karena ia biasanya meminum darah binatang. Meskipun demikian, sejak perasaannya terhadap Emilie menjadi tak menentu dan selalu ingin marah, dia tak bisa menahan rasa hausnya ketika mencium bau darah dari tubuh Emilie.
Harry segera mengarahkan taringnya kea rah perut Emlie dan menghisap darahnya. Harry tidak menyadari bahwa ia telah menyebarkan racun vampirnya ke tubuh Emilie. Harry benar- benar tidak memikirkan konsekuensi apa yang akan terjadi nanti.
Perlahan- lahan, Emilie merasa lemas dalam cengkeraman Harry.  Harry menatap mata Emilie yang terlihat sedih dan seperti memohon. Lalu, Emilie menutup matanya.
Harry yang baru saja menhisap darah Emilie menatap tubuh tak berdaya itu dengan pandangan datar. Harry tidak tahu apakah ia harus merasa sedih atau tidak. Yang jelas, Emilie telah menyakitinya.
Dengan segera, Harry membawa tubuh yang sudah mati itu keluar. Harry tak lupa mengunci pintu kamara Emilie. Dengan memakai jubah hitam, Harry menggendong tubuh tak berdaya itu menuju pintu keluar apartemen. Tiba- tiba ia seseorang berdiri di dekat pagar apartemen itu….Luna… Ya, itu Luna. Luna sedang menatap ke arahnya. Dengan tergesa- gesa, Harry berlari dengan gesit menuju kearah semak belukar, membawa tubuh Emilie

                                                                                ***

            Mobil Harry berhenti di sebuah pantai. Bulan purnama masih setia menghiasi langit malam itu. Harry menggendong tubuh kaku Emilie keluar dari mobil.
Harry menatap wajah Emilie untuk terakhir kalinya dengan pandangan datar dan kosong. Tetapi di salah satu sudut mata Harry, mengalir setetes air mata. Air mata kesedihan……..
Sebelum ia membuang tubuh Emilie kea rah deburan ombak, dia melekatkan bibirnya ke bibir Emilie dengan sepenuh hati dan berkata:’’ Aku mencintaimu, tetapi kau menyakitiku. Aku kira kau pantas mendapatkan semua ini sayangku!.
Kemudian ia membuang tubuh kaku itu kea rah deburan ombak besar. Tubuh itu terbawa dan terombang- ambing oleh ombak  hingga ke tengah lautan. Tubuh itu pun tenggelam bersama  kenangan pahit yang dialami oleh Harry. 
                                                                              ***
  Para polisi mendobrak pintu mereka. Tidak sesuatu yang mencurigakan di dalam kamar Harry. Tetapi ketika para polisi masuk ke kamar Emilie, teapt sekali di dekat pintu, terdapat tetesan darah. Aku sangat terkejut melihat itu. Itu berarti…Emilie dibunuh.. Ya, itu pasti. Dan aku percaya bahwa Harry yang sudah membunuhnya. Keeseokan paginya, aku segera mencari Harry di sekitar kampus. Dan itu dia… Dia sedang duduk di bawah sebuah pohon Oak di dekat taman kampus kami. Harry menatap lurus ke depan dan pandangannya benar- benar kosong.
‘’Harry, hey Harry. Aku perlu bicara denganmu! Aku benar- benar tak tahan dengan semua yang telah terjadi. Kau membunuh Emilie kan?’’ tanyaku dan menatapnya dengan geram..
‘’Ya! Lalu kau mau apa?’’ Harry balik bertanya padaku dengan nada suara yang datar dan dia tetap menatap kosong ke depan tanpa melihat wajahku.
 ‘’ Kau…. Apa? Kau benar- benar membunuhnya? ‘’tanyaku dengan nada terkejut dan heran  mengapa Harry mau begitu saja mengakui  apa yang telah ia perbuat. Harry, yang masih terduduk saat itu langsung berdiri dan menatapku.
 ‘’Ya Luna, aku seorang vampir. Dan aku telah membunuhnya di malam ketika kau melihatku mengenakan jubah hitam dan membawa  tubuh Emilie keluar dari apartemen!’’ jawab Harry masih dengan intonasi datar.
Aku tidak percaya dengan penjelasan Harry. Dia benar- benar seorang vampir? Tidak mungkin. Setahuku vampir hanya ada di negeri dongeng.
‘’ Omong kosong. Taka da vampir di dunia ini. Jangan buat hal itu menjadi alasanmu untuk membunuh Emilie. Kau membunuhnya karena kau jahat. Kau kira dia berselingkuh? Asal kau tahu saja, dia tak pernah berselingkuh. Kau hanya terlalu cemburu, sehingga kau sering menamparnya!’’ teriakku.
Harry tertawa sinis mendengar penjelasanku. Lalu ia berkata:
‘’Kau tahu sesuatu Luna? Kaulah yang bodoh.  Begitu bodohnya memiliki teman seperti Emilie. Faktanya, dia tak pernah bercerita padamu bahwa ia berselingkuh dengan banyak lelaki. Aku sudah berusaha untuk bersabar tetapi terkadang aku tak bisa menahan emosiku hingga aku menampar pipinya dan terjadilah peristiwa itu. Malam itu aku melihat Emilie sedang tidur bersama seorang pria yang tak ku kenal. Aku benar- benar marah. Pria tak berguna itu hanya menatapku dengan wajah ketakutan dan berlari keluar dari apartemen kita. Setelah pria itu pergi, aku segera membunuh Emilie dengan menancapkan sebilah belati ke perutnya. Lalu aku menghisap darahnya. Jadi sekarang, menjauhlah dariku sebelum aku melakukan hal yang sama padamu, Luna!’’ kata Harry masih dengan intonasi datar. Aku melihat air mata di salah satu sudut matanya.
Mendengar penjelasan Harry, aku benar- benar pusing dan tak tahu harus melakukan apa. Masih dalam kebingingan, aku segera berlari meninggalkannya dan tak mau menoleh sedikitpun untuk melihatnya lagi.
Malam itu, aku dan orang tua Emilie ditemani oleh beberapa polisi yang datang ke apartemen kami. Polisi- polisi itu menemukan Harry di kamarnya. Ketika para polisi tersebut hendak meringkusnya, tiba- tiba aku melihat Harry bergerak cepat dan menerkam polisi- polisi itu. Suara tembakan membuat suasana gaduh di kamar itu, tetapi tak satupun tembakan itu melukai Harry. Segera Harry menghisap darah para polisi itu satu persatu hingga mereka terjatuh dan kehabisan tenaga, lalu mereka tak sadarkan diri. Segalanya terjadi begitu cepat. Aku hanya tertegun melihat para polisi yang sudah tak sadarkan diri  dengan tubuh kaku tak berdaya. Aku hanya tak bisa menerima kenyataan bahwa Harry adalah seorang vampir. Aku juga melihat orang tua Emilie menunjukkan wajah kaget luar biasa.
Kakiku bergetar dengan hebat dan aku merasa takut luar biasa. Aku dan orang tua Emilie segera berlari meninggalkan ruangan itu. Tetapi tiba- tiba aku merasakan sebuah tangan mencengkeram bahuku. Aku berteriak hingga aku menyadari bahwa itu adalah tangan Harry
 ‘’Kau lihat kan? Aku vampir. Tetapi aku tidak akan melukai seseorang yang tak pernah mengganggu hidupku, seperti kau dan orang tua Emilie. Kalian taka da sangkut pautnya dengan hidupku!’’ Harry berbisik di telingaku dan segera ia meninggalkan ruangan itu.
Larinya secepat kilat. Dia sangat cepat. Dalam satu detik, dia sudah tiba di depan pintu keluar apartemen. Harry memberikan senyuman kecil  padaku.
Aku benar- benar bingung. Kenyataan bahwa Harry adalah seorang vampir masih tidak bisa diterima oleh akal sehatku. Tetapi suatu hal yang jelas. Dia, memang seorang vampir. Hanya saja…Apakah Emilie benar- benar menyakitinya dengan berselingkuh  dengan banyak lelaki? Aku harus membuktikannya
                                                                                   ***


Manchester, 11 September , 2001 pukul  9 P.M
    Harry membawa mobilnya menjauhi cafĂ© tersebut. Masih dalam keadaan mabuk, dia menaikkan kecepatan mobilnya di atas rata- rata.
Di sebuah jalan sepi, Harry merasa lebih bebas untuk menaikkan tingkat kecepatan mobilnya. Tiba- tiba ia melihat seorang perempuan melintasi trotoar  tepat di depan mobilnya. Dengan rasa terkejut, Harry segera menginjak pedal rem agar perempuan tersebut tidak tertabrak oleh mobilnya. Tetapi, karena kejadiannya berlangsung dengan cepat, Harry tidak memikirkan resikonya. Mobilnya terlempar, jatuh dan menabrak sebuah pohon besar dipinggir jalan. Harry kesakitan dan kehabisan tenaga  ketika ia melihat perempuan yang tadi melintasi trotoar itu. Dia…dia Emilie..Yeah, Emilie…
Kenapa dia bisa hidup lagi? ‘’Harry bertanya pada dirinya sendiri. Emilie menghampiri Harry dan berkata:’’ Maafkan aku sayang. Aku harus membuatmu terluka dengan kecelakaan ini. Tapi aku tahu kau tak akan mati, karena kau vampir. Seorang vampir hidup dalam keabadian. Tetapi vampir juga memiliki kelemahan sayangku. Jika kita mematahkan leher mereka, mereka tak akan pernah hidup lagi!’’ kata Emilie dan mencium bibir Harry. Harry tak berdaya dan tak bisa bangun. Persendian tulangnya terasa sakit. Harry tak percaya denagn apa yang dilihatnya. Kenapa Emilie bisa ada disini?
 ‘’Kau?.. Kau seharusnya sudah mati. Kau tak bisa hidup disini, jalang!’’ teriak Harry.
 ‘’ Kau salah besar, sayang. Apa kau tak ingat? Kau tak hanya menghisap darahku saja waktu itu, tetapi kau juga menyebarkan racun vampirmu padaku. Racun itu membuat pembuluh darahku berdesir dan jantungku menjadi pecah. Racun itu menyentuh pembuluh darahku sehingga aku pun berubah menjadi vampir. Yeah, aku vampire seperti dirimu. Sekarang aku pasti bisa mematahkan lehermu hingga kau tak memiliki kepala lagi dan kau akan mati. Ha ha ha!’’ Emilie tertawa dengan sinis.
Harry dan Emilie tidak menyadari bahwa Luna sedang bersembunyi dan melihat mereka di kejauhan. Luna bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Emilie. Luna benar- benar merasa sulit untuk mempercayai semua ini. Tiba- tiba ia melihat Emilie mencengkeram leher Harry dengan kedua tangannya. Harry tak bisa melukan apa- apa dengan tubuh tak berdaya seperti itu. Ia hanya bisa membuang muka ketika Emilie mendekatkan wajahnya ke wajah Harry. Tetapi yang terjadi selanjutnya adalah Emilie mematahkan leher Harry. Dia menarik kepala Harry hingga terlepas dari tubuhnya. Tak ada darah. Yeah, karena vampir tak memiliki darah. Karena itulah mereka merasa haus akan darah. Luna hanya menatap tubuh kaku Harry yang sudah tanpa kepala itu. Sementara kepala Harry yang sudah terlepas dari tubuhnya itu digenggam oleh Emilie. Emilie tertawa cekikikan dan mencium bibir Harry.
                                                                                  ***
   
‘’ Ya, apartemen St. Hall Santiago ini sudah lama dibangun. Kira- kira 40 tahun yang lau, Harry tinggal disini bersamaku. Ibunya juga seorang vampir yang dibunuh dengan cara yang sama seperti Emilie membunuh Harry tadi malam. Banyak wanita cantik tinggal disini. Harry jatuh cinta dengan beberapa diantara  mereka dan akhirnya berpacaran. Tetapi satu persatu dari mereka menyakiti Harry. Mereka berselingkuh, hingga Harry bertekad membunuh mereka, menghisap darah mereka. Sejak saat itu, Harry selalu mencari wanita terbaik yang bisa membuatnya bahagia. Tetapi hingga sekarang ia tak bisa menemukan wanita seperti itu. Dia lelaki yang baik hati. Apa alasannya untuk menyakiti Emilie? Dia sudah belajar untuk  tidak menghisap darah manusia. Karena itulah setiap malam dia selalu berburu darah hewan di hutan. Tetapi jika orang- orang mengganggu kehidupannya, dia akan membunuh mereka dan menghisap darah mereka. Para vampir hidup dalam keabadian. Mereka tak bisa dibunuh kecuali dengan cara mematahkan leher mereka. Kau tahu? Mungkin pada malam disaat Harry membunuh Emilie, dia tak sengaja menyebarkan racun vampirnya ke tubuh Emilie. Hal itu telah menciptakan suatu masalah. Ya, Emilie hidup sebagai seorang vampir baru!’’ lelaki tua pemilik apartemen kami menjelaskan secara detail. Dan ternyata ia adalah ayah Harry yang juga merupakan seorang vampir.
 ‘’Jika Emilie hidup sebagai seorang vampir baru, bukankah hali itu akan menjadi masalah? Maksudku, dia kan masih baru. Apakah dia hanya akan menghisap darah hewan saja? Kau tahu, dia belum belajar untuk hal itu. Aku takut  kalau dia akan menyerang manusia!’’ kataku dengan nada cemas.
‘’ Ya, itu pasti terjadi!’’ kata Ayah Harry dengan nada yakin.
 ‘’Ap..Apa maksud Anda? Emilie akan menyerang manusia? ‘’ tanyaku kaget
 ‘’Ya, jadi, sebelum ia berbuat lebih jauh lagi, aku akan mencoba mencarinya dan membunuhnya!’’ kata Ayah Harry mantap.
                                                                                  ***
  Malam itu, Ayah Harry yang sudah terbiasa menahan nafsunya untuk tidak menyerang manusia sedang berburu hewan di sebuah hutan. Aku hanya bisa melihat aksinya. Karena ia menikmati aksi berburunya itu, sepertinya ia melupakanku yang juga saat itu sedang bersamanya. Dia meninggalkanku sendirian untuk mengejar mangsanya. Tiba- tiba seseorang merengkuh bahuku dari belakang. Aku terkejut melihat wajah itu…Itu Emilie..Wajah pucat dengan kedua matanya yang berwarna merah sedang menatapku..
‘’ Apa kabar sahabatku?’’ Tanya Emilie seraya menghampiriku. Aku hanya menjawab dengan gugup dan sedikit panik: ‘’Ak..aku baik- baik saja!’’
Aku sangat takut padanya. Dia seorang vampir baru. Itu berarti..dia akan menyerangku..Oh Tuhan…
‘’ Jangan takut seperti itu. Ayolah, aku akan mengubahmu menjadi vampir, karena kau adalah sahabat terbaikku. Aku ingin melakukan segala hal bersama denganmu!’’ kata Emilie seraya tersenyum sinis.
 ‘’Teman terbaikmu? Kita tak pernah berteman dank au tak akan pernah menjadi temanku. KAau berbohong padaku. Kau bilang Harry selalu menyakitimu. Faktanya, dia memang menyakitimu karena alasan yang jelas. Kau berselingkuh dengan banyak lelaki, Emilie. Apa kau tak sadar? Selama ini aku membenci Harry, tapi aku salah. Kau telah membuat semuanya menjadi kacau, jalang!’’ teriakku.
 ‘’Hey, tenanglah sedikit. Aku tahu aku bersalah. Tetapi segalanya tak akan bisa kembali lagi. Semuanya sudah terjadi!’’ katanya dan segera menhampiriku. Aku takut ia akan melakukan sesuatu padaku. Tiba- tiba….
 ‘’AAArgggggh!’’ teriakku kesakitan karena Emilie menacapkan taringnya tepat di leherku. Aku merasa seperti terserang listrik dengan tekanan tinggi. Aku merasa jantungku terlepas dan pembuluh darahku bergejolak. Sakit sekali. Akhirnya….
Aneh sekali. Aku merasa haus. Emilie menghampiriku. Dengan tersenyum ia berkata:
 ‘’ Bagaimana perasaanmu? Kau merasa haus kan? Ayo berburu!’’ dia mengundangku dan menarik tanganku.
Aku hanya bisa mengikutinya, karena aku benar- benar merasa haus akan darah. Sebagai seorang vampire baru, bukan tidak mungkin aku akan menyerang manusia.
                                                                           ***



THE END