Because of Affairs
(By: Afifah Amani)
Manchester, 7
September 2001 jam 23.30 P.M
Malam itu dingin sekali. Aku mencoba
mengusir rasa kantuk yang menyerangku. Berjalan sendiri di malam hari sangat
menakutkan bagiku. Namun aku harus segera menemukan apartemenku dan masuk ke
kamar.
Daun- daun pepohonan berguguran di sekitar jalan menuju
apartemenku. Daun- daun tersebut bergerak karena hembusan angina musim gugur.
Aku benar- benar tidak menyukai suasana seperti ini.
Tiba- tiba aku melihat sebuah bayangan hitam di dekiat pintu
masuk apartemnku. Bayangan tersebut menatapku dengan tajam, lalu ia berlari dan
hilang di balik semak- semak. Aku tak punya kesempatan untuk bertanya padanya,
karena sepertinya bayangan itu bergerak lebih cepat daripada perkiraanku.
Aku mengira itu adalah bayangan seseorang yang juga tinggal
di apartemenku. Dia memakai kostum serba hitam dan aku kira dia hanya ingin
keluar untuk pergi jalan- jalan.
‘’Jalan- jalan? Masa sih? Sekarang sudah hampir tengah
malam. Masa dia mau pergi keluar di tengah malam seperti ini? ‘’ berbagai
pertanyaan muncul di kepalaku.
***
Masih dalam keadaan mengantuk, aku mencoba memfokuskan
pikiranku dan segera menuju ke kamar Harry. Cahaya lampu di kamarnya masih
nyala, tetapi aku tak melihat Harry sejak tadi malam. Aneh sekali… Apakah Harry
juga sedang pergi?
Aku mengetuk pintu kamarnya beberapa kali, hasilnya sama
aja. Tak ada jawaban. Tiba- tiba aku merasa takut. Ya, aku menyadari bahwa aku
sendirian di apartemen ini. Orang- orang sudah pindah dari sini, Harry dan
Emilie tidak ada di kamar mereka.
Aku mencoba menghubungi Emilie lagi. Tetap saja, handphonenya
tidak aktif.
***
Manchester, 7 September , 2001 pukul 23.20 P.M sebelum
Emilie hilang.
Apartemen
tersebut sangat sepi. Luna sedang tidak
ada di kamarnya. Harry mengetuk pintu kamar Emilie dengan lembut. Tak da
jawaban. Akhirnya ia merasa marah dan mendobrak pintu kamar Emilie dengan
keras. Dia sangat terkejut ketika ia melihat Emilie sedang tidur bersama lelaki
lain.
'' Jadi, benarkan apa yang aku bilang? Kau benar- benar
berselingkuh dan tak mau mengakuinya di hadapanku. Sekarang apa maumu? ‘’ Tanya
Harry sambil menunjukkan wajah geram dan marah. Matanya berkilat- kilat.
Emilie tidak menjawab apa-apa. Dia hanya terdiam. Lelaki
yang tadi tidur bersamanya segera meninggalkan ruangan itu tanpa berkata apa-
apa. Lelaki itu hanya menatap Harry dengan wajah ketakutan dan berlari sejauh
mungkin meninggalkan bangunan apartemen itu.
Harry tak kuasa menahan amarahnya dan segera menghampiri
Emilie.
'' Aku sudah berusaha membuatmu senang, tetapi kau
menyakitiku dengan tidur bersama lelaki lain dan kau juga berselingkuh dengan
banyak lelaki. Kau berusaha meyakinkan teman- temanmu dengan memperlihatkan
dirimu yang berpura- pura menderita dan mengatakan bahwa aku adalah iblis!
DASAR PELACUR!’’ teriak Harry.
'' Hahaha ... Kau saja yang bodoh. Kenapa kau mau denganku,
hey vampir aneh??!! ‘’ jawab Emilie dengan wajah dan senyum sinisnya.
Harry semakin geram
mendengar jawaban Emilie. Dia melihat sebuah belati diatas meja belajar Emilie.
Dengan perasaan kacau, Harry yang masih dalam keadaan marah dan putus asa segera mengambil belati
tersebut dan menancapkan ujungnya ke bagian perut Emilie.
Darah merah segar mengalir dari perut Emilie. Emilie
berteriak kesakitan dan hanya bisa menatap Harry dengan wajah sayu dan lemah.
Harry yang melihat darah segar itu merasa gelisah. Seharian ia merasa haus untuk berburu darah
segar. Ya, Harry adalah seorang vampir. Emilie sudah lama mengetahui tentang
itu. Selama ini, Harry berusaha untuk tidak menyerang manusia, karena ia
biasanya meminum darah binatang. Meskipun demikian, sejak perasaannya terhadap
Emilie menjadi tak menentu dan selalu ingin marah, dia tak bisa menahan rasa
hausnya ketika mencium bau darah dari tubuh Emilie.
Harry segera mengarahkan taringnya kea rah perut Emlie dan
menghisap darahnya. Harry tidak menyadari bahwa ia telah menyebarkan racun
vampirnya ke tubuh Emilie. Harry benar- benar tidak memikirkan konsekuensi apa
yang akan terjadi nanti.
Perlahan- lahan, Emilie merasa lemas dalam cengkeraman
Harry. Harry menatap mata Emilie yang
terlihat sedih dan seperti memohon. Lalu, Emilie menutup matanya.
Harry yang baru saja menhisap darah Emilie menatap tubuh tak
berdaya itu dengan pandangan datar. Harry tidak tahu apakah ia harus merasa
sedih atau tidak. Yang jelas, Emilie telah menyakitinya.
Dengan segera, Harry membawa tubuh yang sudah mati itu
keluar. Harry tak lupa mengunci pintu kamara Emilie. Dengan memakai jubah
hitam, Harry menggendong tubuh tak berdaya itu menuju pintu keluar apartemen.
Tiba- tiba ia seseorang berdiri di dekat pagar apartemen itu….Luna… Ya, itu
Luna. Luna sedang menatap ke arahnya. Dengan tergesa- gesa, Harry berlari
dengan gesit menuju kearah semak belukar, membawa tubuh Emilie
***
Mobil
Harry berhenti di sebuah pantai. Bulan purnama masih setia menghiasi langit
malam itu. Harry menggendong tubuh kaku Emilie keluar dari mobil.
Harry menatap wajah Emilie untuk terakhir kalinya dengan
pandangan datar dan kosong. Tetapi di salah satu sudut mata Harry, mengalir
setetes air mata. Air mata kesedihan……..
Sebelum ia membuang tubuh Emilie kea rah deburan ombak, dia
melekatkan bibirnya ke bibir Emilie dengan sepenuh hati dan berkata:’’ Aku
mencintaimu, tetapi kau menyakitiku. Aku kira kau pantas mendapatkan semua ini
sayangku!.
Kemudian ia membuang tubuh kaku itu kea rah deburan ombak
besar. Tubuh itu terbawa dan terombang- ambing oleh ombak hingga ke tengah lautan. Tubuh itu pun
tenggelam bersama kenangan pahit yang
dialami oleh Harry.
***
Para polisi
mendobrak pintu mereka. Tidak sesuatu yang mencurigakan di dalam kamar Harry.
Tetapi ketika para polisi masuk ke kamar Emilie, teapt sekali di dekat pintu,
terdapat tetesan darah. Aku sangat terkejut melihat itu. Itu berarti…Emilie
dibunuh.. Ya, itu pasti. Dan aku percaya bahwa Harry yang sudah membunuhnya.
Keeseokan paginya, aku segera mencari Harry di sekitar kampus. Dan itu dia… Dia
sedang duduk di bawah sebuah pohon Oak di dekat taman kampus kami. Harry
menatap lurus ke depan dan pandangannya benar- benar kosong.
‘’Harry, hey Harry. Aku perlu bicara denganmu! Aku benar-
benar tak tahan dengan semua yang telah terjadi. Kau membunuh Emilie kan?’’
tanyaku dan menatapnya dengan geram..
‘’Ya! Lalu kau mau apa?’’ Harry balik bertanya padaku dengan
nada suara yang datar dan dia tetap menatap kosong ke depan tanpa melihat
wajahku.
‘’ Kau…. Apa? Kau
benar- benar membunuhnya? ‘’tanyaku dengan nada terkejut dan heran mengapa Harry mau begitu saja mengakui apa yang telah ia perbuat. Harry, yang masih
terduduk saat itu langsung berdiri dan menatapku.
‘’Ya Luna, aku
seorang vampir. Dan aku telah membunuhnya di malam ketika kau melihatku
mengenakan jubah hitam dan membawa tubuh
Emilie keluar dari apartemen!’’ jawab Harry masih dengan intonasi datar.
Aku tidak percaya dengan penjelasan Harry. Dia benar- benar
seorang vampir? Tidak mungkin. Setahuku vampir hanya ada di negeri dongeng.
‘’ Omong kosong. Taka da vampir di dunia ini. Jangan buat
hal itu menjadi alasanmu untuk membunuh Emilie. Kau membunuhnya karena kau
jahat. Kau kira dia berselingkuh? Asal kau tahu saja, dia tak pernah
berselingkuh. Kau hanya terlalu cemburu, sehingga kau sering menamparnya!’’
teriakku.
Harry tertawa sinis mendengar penjelasanku. Lalu ia berkata:
‘’Kau tahu sesuatu Luna? Kaulah yang bodoh. Begitu bodohnya memiliki teman seperti Emilie.
Faktanya, dia tak pernah bercerita padamu bahwa ia berselingkuh dengan banyak
lelaki. Aku sudah berusaha untuk bersabar tetapi terkadang aku tak bisa menahan
emosiku hingga aku menampar pipinya dan terjadilah peristiwa itu. Malam itu aku
melihat Emilie sedang tidur bersama seorang pria yang tak ku kenal. Aku benar-
benar marah. Pria tak berguna itu hanya menatapku dengan wajah ketakutan dan
berlari keluar dari apartemen kita. Setelah pria itu pergi, aku segera membunuh
Emilie dengan menancapkan sebilah belati ke perutnya. Lalu aku menghisap darahnya.
Jadi sekarang, menjauhlah dariku sebelum aku melakukan hal yang sama padamu,
Luna!’’ kata Harry masih dengan intonasi datar. Aku melihat air mata di salah
satu sudut matanya.
Mendengar penjelasan Harry, aku benar- benar pusing dan tak
tahu harus melakukan apa. Masih dalam kebingingan, aku segera berlari
meninggalkannya dan tak mau menoleh sedikitpun untuk melihatnya lagi.
Malam itu, aku dan orang tua Emilie ditemani oleh beberapa
polisi yang datang ke apartemen kami. Polisi- polisi itu menemukan Harry di
kamarnya. Ketika para polisi tersebut hendak meringkusnya, tiba- tiba aku
melihat Harry bergerak cepat dan menerkam polisi- polisi itu. Suara tembakan
membuat suasana gaduh di kamar itu, tetapi tak satupun tembakan itu melukai
Harry. Segera Harry menghisap darah para polisi itu satu persatu hingga mereka
terjatuh dan kehabisan tenaga, lalu mereka tak sadarkan diri. Segalanya terjadi
begitu cepat. Aku hanya tertegun melihat para polisi yang sudah tak sadarkan
diri dengan tubuh kaku tak berdaya. Aku
hanya tak bisa menerima kenyataan bahwa Harry adalah seorang vampir. Aku juga
melihat orang tua Emilie menunjukkan wajah kaget luar biasa.
Kakiku bergetar dengan hebat dan aku merasa takut luar
biasa. Aku dan orang tua Emilie segera berlari meninggalkan ruangan itu. Tetapi
tiba- tiba aku merasakan sebuah tangan mencengkeram bahuku. Aku berteriak hingga
aku menyadari bahwa itu adalah tangan Harry
‘’Kau lihat kan? Aku
vampir. Tetapi aku tidak akan melukai seseorang yang tak pernah mengganggu
hidupku, seperti kau dan orang tua Emilie. Kalian taka da sangkut pautnya
dengan hidupku!’’ Harry berbisik di telingaku dan segera ia meninggalkan
ruangan itu.
Larinya secepat kilat. Dia sangat cepat. Dalam satu detik,
dia sudah tiba di depan pintu keluar apartemen. Harry memberikan senyuman kecil padaku.
Aku benar- benar bingung. Kenyataan bahwa Harry adalah
seorang vampir masih tidak bisa diterima oleh akal sehatku. Tetapi suatu hal
yang jelas. Dia, memang seorang vampir. Hanya saja…Apakah Emilie benar- benar
menyakitinya dengan berselingkuh dengan
banyak lelaki? Aku harus membuktikannya
***
Manchester, 11 September
, 2001 pukul 9 P.M
Harry membawa
mobilnya menjauhi café tersebut. Masih dalam keadaan mabuk, dia menaikkan
kecepatan mobilnya di atas rata- rata.
Di sebuah jalan sepi, Harry merasa lebih bebas untuk
menaikkan tingkat kecepatan mobilnya. Tiba- tiba ia melihat seorang perempuan
melintasi trotoar tepat di depan
mobilnya. Dengan rasa terkejut, Harry segera menginjak pedal rem agar perempuan
tersebut tidak tertabrak oleh mobilnya. Tetapi, karena kejadiannya berlangsung
dengan cepat, Harry tidak memikirkan resikonya. Mobilnya terlempar, jatuh dan
menabrak sebuah pohon besar dipinggir jalan. Harry kesakitan dan kehabisan
tenaga ketika ia melihat perempuan yang
tadi melintasi trotoar itu. Dia…dia Emilie..Yeah, Emilie…
Kenapa dia bisa hidup lagi? ‘’Harry bertanya pada dirinya
sendiri. Emilie menghampiri Harry dan berkata:’’ Maafkan aku sayang. Aku harus
membuatmu terluka dengan kecelakaan ini. Tapi aku tahu kau tak akan mati,
karena kau vampir. Seorang vampir hidup dalam keabadian. Tetapi vampir juga
memiliki kelemahan sayangku. Jika kita mematahkan leher mereka, mereka tak akan
pernah hidup lagi!’’ kata Emilie dan mencium bibir Harry. Harry tak berdaya dan
tak bisa bangun. Persendian tulangnya terasa sakit. Harry tak percaya denagn
apa yang dilihatnya. Kenapa Emilie bisa ada disini?
‘’Kau?.. Kau
seharusnya sudah mati. Kau tak bisa hidup disini, jalang!’’ teriak Harry.
‘’ Kau salah besar,
sayang. Apa kau tak ingat? Kau tak hanya menghisap darahku saja waktu itu,
tetapi kau juga menyebarkan racun vampirmu padaku. Racun itu membuat pembuluh
darahku berdesir dan jantungku menjadi pecah. Racun itu menyentuh pembuluh
darahku sehingga aku pun berubah menjadi vampir. Yeah, aku vampire seperti
dirimu. Sekarang aku pasti bisa mematahkan lehermu hingga kau tak memiliki
kepala lagi dan kau akan mati. Ha ha ha!’’ Emilie tertawa dengan sinis.
Harry dan Emilie tidak menyadari bahwa Luna sedang
bersembunyi dan melihat mereka di kejauhan. Luna bisa mendengar apa yang
dikatakan oleh Emilie. Luna benar- benar merasa sulit untuk mempercayai semua
ini. Tiba- tiba ia melihat Emilie mencengkeram leher Harry dengan kedua
tangannya. Harry tak bisa melukan apa- apa dengan tubuh tak berdaya seperti
itu. Ia hanya bisa membuang muka ketika Emilie mendekatkan wajahnya ke wajah
Harry. Tetapi yang terjadi selanjutnya adalah Emilie mematahkan leher Harry.
Dia menarik kepala Harry hingga terlepas dari tubuhnya. Tak ada darah. Yeah,
karena vampir tak memiliki darah. Karena itulah mereka merasa haus akan darah.
Luna hanya menatap tubuh kaku Harry yang sudah tanpa kepala itu. Sementara
kepala Harry yang sudah terlepas dari tubuhnya itu digenggam oleh Emilie.
Emilie tertawa cekikikan dan mencium bibir Harry.
***
‘’ Ya, apartemen St. Hall Santiago ini sudah lama dibangun.
Kira- kira 40 tahun yang lau, Harry tinggal disini bersamaku. Ibunya juga
seorang vampir yang dibunuh dengan cara yang sama seperti Emilie membunuh Harry
tadi malam. Banyak wanita cantik tinggal disini. Harry jatuh cinta dengan
beberapa diantara mereka dan akhirnya
berpacaran. Tetapi satu persatu dari mereka menyakiti Harry. Mereka
berselingkuh, hingga Harry bertekad membunuh mereka, menghisap darah mereka.
Sejak saat itu, Harry selalu mencari wanita terbaik yang bisa membuatnya
bahagia. Tetapi hingga sekarang ia tak bisa menemukan wanita seperti itu. Dia
lelaki yang baik hati. Apa alasannya untuk menyakiti Emilie? Dia sudah belajar
untuk tidak menghisap darah manusia.
Karena itulah setiap malam dia selalu berburu darah hewan di hutan. Tetapi jika
orang- orang mengganggu kehidupannya, dia akan membunuh mereka dan menghisap
darah mereka. Para vampir hidup dalam keabadian. Mereka tak bisa dibunuh
kecuali dengan cara mematahkan leher mereka. Kau tahu? Mungkin pada malam
disaat Harry membunuh Emilie, dia tak sengaja menyebarkan racun vampirnya ke
tubuh Emilie. Hal itu telah menciptakan suatu masalah. Ya, Emilie hidup sebagai
seorang vampir baru!’’ lelaki tua pemilik apartemen kami menjelaskan secara
detail. Dan ternyata ia adalah ayah Harry yang juga merupakan seorang vampir.
‘’Jika Emilie hidup
sebagai seorang vampir baru, bukankah hali itu akan menjadi masalah? Maksudku,
dia kan masih baru. Apakah dia hanya akan menghisap darah hewan saja? Kau tahu,
dia belum belajar untuk hal itu. Aku takut
kalau dia akan menyerang manusia!’’ kataku dengan nada cemas.
‘’ Ya, itu pasti terjadi!’’ kata Ayah Harry dengan nada
yakin.
‘’Ap..Apa maksud
Anda? Emilie akan menyerang manusia? ‘’ tanyaku kaget
‘’Ya, jadi, sebelum
ia berbuat lebih jauh lagi, aku akan mencoba mencarinya dan membunuhnya!’’ kata
Ayah Harry mantap.
***
Malam itu, Ayah
Harry yang sudah terbiasa menahan nafsunya untuk tidak menyerang manusia sedang
berburu hewan di sebuah hutan. Aku hanya bisa melihat aksinya. Karena ia
menikmati aksi berburunya itu, sepertinya ia melupakanku yang juga saat itu
sedang bersamanya. Dia meninggalkanku sendirian untuk mengejar mangsanya. Tiba-
tiba seseorang merengkuh bahuku dari belakang. Aku terkejut melihat wajah
itu…Itu Emilie..Wajah pucat dengan kedua matanya yang berwarna merah sedang
menatapku..
‘’ Apa kabar sahabatku?’’ Tanya Emilie seraya menghampiriku.
Aku hanya menjawab dengan gugup dan sedikit panik: ‘’Ak..aku baik- baik saja!’’
Aku sangat takut padanya. Dia seorang vampir baru. Itu berarti..dia akan menyerangku..Oh Tuhan…
‘’ Jangan takut seperti itu. Ayolah, aku akan mengubahmu
menjadi vampir, karena kau adalah sahabat terbaikku. Aku ingin melakukan segala
hal bersama denganmu!’’ kata Emilie seraya tersenyum sinis.
‘’Teman terbaikmu?
Kita tak pernah berteman dank au tak akan pernah menjadi temanku. KAau
berbohong padaku. Kau bilang Harry selalu menyakitimu. Faktanya, dia memang
menyakitimu karena alasan yang jelas. Kau berselingkuh dengan banyak lelaki,
Emilie. Apa kau tak sadar? Selama ini aku membenci Harry, tapi aku salah. Kau
telah membuat semuanya menjadi kacau, jalang!’’ teriakku.
‘’Hey, tenanglah
sedikit. Aku tahu aku bersalah. Tetapi segalanya tak akan bisa kembali lagi.
Semuanya sudah terjadi!’’ katanya dan segera menhampiriku. Aku takut ia akan
melakukan sesuatu padaku. Tiba- tiba….
‘’AAArgggggh!’’
teriakku kesakitan karena Emilie menacapkan taringnya tepat di leherku. Aku
merasa seperti terserang listrik dengan tekanan tinggi. Aku merasa jantungku
terlepas dan pembuluh darahku bergejolak. Sakit sekali. Akhirnya….
Aneh sekali. Aku merasa haus. Emilie menghampiriku. Dengan
tersenyum ia berkata:
‘’ Bagaimana
perasaanmu? Kau merasa haus kan? Ayo berburu!’’ dia mengundangku dan menarik tanganku.
Aku hanya bisa mengikutinya, karena aku benar- benar merasa
haus akan darah. Sebagai seorang vampire baru, bukan tidak mungkin aku akan
menyerang manusia.
***
THE END
It seems that you are one of Meyer's fan
BalasHapus